Contoh Makalah Katekisasi Peneguhan Nikah - logosupdate

logosupdate

Logosupdate. Konten Edukasi, Self Improvement, tips dan sekitar dunia Pendidikan

Breaking

Home Top Ad

Responsive Ads Here

Selasa, 29 Juni 2021

Contoh Makalah Katekisasi Peneguhan Nikah

 

 KARYA ILMIAH

-- KATEKISASI PENEGUHAN NIKAH --

 

Sekolah Tinggi Bethel Medan, Jl. Tanjung Anom, Desa. Durin Jangak, Kec. Pancur Batu, Kab. Deli Serdang, Sumatra Utara

 

 







 


KATA PENGANTAR

 

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena Berkat dan KaruniaNya kami bisa menyusun makalah berjudul “Katekisasi Peneguhan Nikah” ini dengan tepat waktu, guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah Katekisasi, Program Studi Pendidikan Agama Kristen, STT BETHEL MEDAN.

Dalam pembuatan karya ilmiah ini, kami mendapat beberapa hambatan dan tantangan namun dengan dukungan dari berbagai pihak, tantangan tersebut dapat teratasi. Olehnya itu, tim penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah ikut membantu dalam penyelesaian makalah ini. Untuk itu penulis sampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya, utamanya kepada yang terhormat Dosen Pengampu, Ibu. Renny Maria M.Pd. K dan rekan – rekan kelompok penyusun makalah ini. Semoga kontribusinya mendapat balasan dari Tuhan Yesus Kristus.

Tim penyusun sadar bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan baik segi penyusunan maupun isinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk kesempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata, harapan kami makalah ini bisa memberikan manfaat untuk pembaca dan kita sekalian.

 

 

 

 

 

 

 


 

KATEKISASI PENEGUHAN NIKAH

 

BAB 1

PENDAHULUAN

 

1.                 Latar Belakang

Katekisasi  memiliki eksistensi yang sangat penting dalam pengajaran Kekristenan. Katekisasi adalah jalan yang mengantar kita kepada pintu gereja. Katekisasi adalah usaha dan upaya yang dilakukan gereja untuk menyampaikan pendidikan iman Kristen bagi anggota gereja ataupun jemaat. Penyampaian setiap teori katekisasi terstruktur dengan baik mulai dari awal hingga akhir. Selama kita hidup, proses katekisasi tetap berlangsung.

Untuk melakukan katekisasai, maka diperlukan subjek yang bertindak. Yakni para gembala, penggiat rohani, guru PAK, para misi, dan lain-lain. Merekalah yang menjadi penunggu pintu itu. Tugas itu merupakan tangung jawab yang berat, karena merekalah yang harus menentukan siapa boleh diterima dan siapa belum.

Katekisasi berperan dalam semua dogma, ajaran, sakramen Kristen. Katekisasi bertugas untuk memberikan penalaran, pengetahuan mengenai ketiga itu agar katekumen memahami isi dan maknanya.

Termasuk yang akan kita bahas ini. Manusia manapun memerlukan pemahaman yang benar mengenai pernikahan –segala yang berhubungan dengan pernikahan- supaya tidak terjadi kekeliruan. Pada akhirnya, tujuan dilaksanakan katekisasi adalah untuk mengubah pola pikir manusia itu mengenai suatu ajaran, untuk mengalami perubahan hidup yang merupakan tujuan besar katekisasi.

Konseling persiapan pernikahan bertujuan untuk mempersiapkan dan menolong individu, pasangan-pasangan, bahkan kadang-kadang anggota keluarga yang lain untuk menciptakan suasana pernikahan yang bahagia. Seperti halnya dengan pencegahan penyakit yang dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit dan menjaga kesehatan tubuh, demikian juga dengan bimbingan persiapan pernikahan. Bimbingan persiapan pernikahan diharapkan dapat mencegah timbulnya kesulitan dalam pernikahan dan kehidupan rumah tangga, disamping tentunya untuk menolong membangun hubungan pernikahan yang sehat dan memuaskan.

 

2.                 Rumusan Masalah

1.      Apakah itu pernikahan

2.      Apa saja yang terkandung dalam pernikahan

3.      Cara megatasi setiap masalah yang ada

 

 

3.                 Tujuan Penelitian

 

1.      Untuk mengerti hakikat pernikahan

2.      Untuk mengerti isi yang terkandung dalam pernikahan

3.      Untuk mengerti mengatasi masalah yang ada

 

 

 


BAB II

PEMBAHASAN

 

1.                 Arti Pernikahan Kristen

Arti nikah Kristen bukanlah sesuatu yang dapat dihapalkan atau yang dapay diindoktrinsaikan kepada anggota jemaat. Arti nikah Kristen itu tidak sama bagi setiap manusia dan arti nikah ada banyak seginya.

Dalam perkawinan ada dua kebahagiaan. Pertama,  manusia menghayati kebahagiaan seksualitasnya dan elalui itu juga ia mendapat dan menerima suatu kepuasan yang dalam. Lihatlah seluruh Kidung Agung. Segi kedua adalah, bahw di dalam perkawinan, manusia mendapat kemungkinan untuk membentuk, secara bertanggungjawab, suatu kelauarga. Ada kemungkinan untuk menerima anak-anak, yang boleh dididik dan dibimbing kepada kedewasaan.

Pernikahan itu sifatnya eksklusif. Khusus dan tidak bisa diduakalikan. Terjadi antara seorang pria dan wanita. Merupakan komitmen diantara dua insan. Lelaki dan perempuan dalam hal seksual yang bertimbal balik, dan membangun keluarga yang baik. Mereka sudah menjadi sebuah lembaga kecil yang tidak harusnya terpisan dan sudah ditetapkan Tuhan.

 

2.                 KAJIAN TEORI

2.1 Menurut ALKITAB

Pernikahan hanya terjadi kepada satu pria dan satu wanita. Tidak lebih dan tidak menentang hokum gender. Artinya, hanya kedua gender yang berbeda itu yang berhak menjadi pasangan suami-istri. Dan itulah yang alkitabiah.

Siapa lagi yang tidak tau ayat ini” (Kej 1:27-28). Sungguh, hanya pria dan wanita yang sejak semula diciptakan unutk menajdi satu daging dan hanya mereka yang diperintahkan untuk “beranak cucu dan bertambah banyak”. Reproduksi alamiah hanya mungkin terjadi melalui kesatuan pria dan wanita. Menurut Alkitab, Tuhan membentuk manusia dari debu tanah (Kej 2:7). Kemudian dari rusuk yang diambil Tuhan dari manusia itu, dijadikanlah seorang perempuan (ayat 22). Tuhan menambahkan, “Sebab seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging”



Di dalam pernikahan, ketentuan perkawinan sudah dituliskan (1 Kor 6:16, Kej 1:28). Yang patut terjadi adalah kesatuan seksual antara pria dan wanita.

1 Kor 7:2-4 “tetapi mengingat bahaya percabulan, baiklah setiap laki-laki mempunyai istrinya sendiri dan setiap perempuan mempunyai suaminya sendiri. Hendaklah suami memenuhi kewajiban terhadap istrinya, demikian pula isteri terhadap suaminya.”

 

Bukan hanya itu. Selai bicara mengeni Seksualitas, pernikahan merupakan aktualisasi dari persahabatan. Dalam pernikahan, harus terjalin tali persahabatan yang baik. Saling mengasihi, mencintai, dekat atau akrab. Senang dan susag dijalani bersama tanpa membela diri adalah bukti nyata kasih dalam pernikahan. Problematika keluarga adalah bumbu penguat untuk mengeratkan tali cinta.

 

 

2.2       ISI PERNIKAHAN

 2.2.1   Kesulitan-kesulitan dalam Pernikahan

Dalam membahas katekisasi pernikahan perlu diajarkan mengenai masalah atau kesulitan-kesulitan dalam pernikahan sert memberikan beberapa solusi menghadapi. Sebab Konseling persiapan pernikahan bertujuan untuk mempersiapkan dan menolong individu, pasangan-pasangan, bahkan kadang-kadang anggota keluarga yang lain untuk menciptakan suasana pernikahan yang bahagia. Seperti halnya dengan pencegahan penyakit yang dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit dan menjaga kesehatan tubuh, demikian juga dengan bimbingan persiapan pernikahan. Bimbingan persiapan pernikahan diharapkan dapat mencegah timbulnya kesulitan dalam pernikahan dan kehidupan rumah tangga, disamping tentunya untuk menolong membangun hubungan pernikahan yang sehat dan memuaskan.

Ada beberapa keputusan atau alasan seseorang untuk menikah. Diantaranya adalah:

a) Pria dan wanita sudah saling mengikatkan diri satu sama lain, sudah dalam pimpinan Tuhan, kebutuhan seksual dan kebutuhan untuk bersatu;

b) keadaan yang sama. Pernikahan biasanya lebih sukses bila pasangan itu mempunyai cita-cita dan standar (nilai) yang hampir sama, latar belakang dan tingkat kehidupan sosial-ekonomi, adat istiadat, pendidikan, dan iman yang sama. Namun bukan berarti pernikahan seperti ini tidak akan ditimpa masalah;

c) usia. Sudah biasa kalau ada kebudayaan enentukan usia ideal untuk menikah. Hal itu juga yang sering mendesak keinginan seseorang untuk menikah

Namun  jangan salah. Ada juga yang ingin menikah dengan alasan yang tidak baik. Seperti menikah karena tekanan sosial, dendam terhadap orangtua ataupun mamntan kekasih, karena kesepian, malu dibiang tidak laku sehingga dia menikah dengan unsur paksaan dan tidak terjalin tali kasih antara suami istri, hanya ingin memuaskan kebutuhan sexual.

 


Maka untuk melanjutkan kepada pernikahan, calon pasangan harus memahami beberapa hal penting. Yakni

 

1.      Memahami dan mampu menghadapi tekanan-tekanan dalam pernikahan

Dua orang dengan latar belakang dan pengalaman yang berbeda, tentunya menghadapi banyak hal yang harus disesuaikan. Jikalau tekanan-tekanan dalam kehidupan pernikahan sudah dipersiapkan untuk sama-sama dihadapi, tentu penyesuaian diri akan menjadi lebih mudah.

Hal-hal yang menimbulkan tekanan hidup pernikahan tidak selalu sama antara pasangan yang satu dengan yang lain, tergantung kepada keunikan pasangan itu dan masyarakat dimana mereka hidup. Dalam suatu penyelidikan terhadap beberapa ratus pasangan yang sudah menikah ternyata, bahwa penyesuaian dalam hubungan seksual, pengaturan keuangan, kebutuhan sosial dan rekreasi, persoalan dengan mertua dan ipar-ipar, perbedaan dalam kepercayaan, konflik dalam memilih sahabat merupakan hal-hal utama dalam penyesuaian pernikahan. Tentu saja daftar ini dapat menjadi lebih panjang untuk mereka yang mempunyai latar belakang yang berbeda.

Tentulah akan sangat menolong, apabila konselor Kristen dapat memikirkan terlebih dahulu "apa yang menjadi sebab-sebab utama tekanan-tekanan hidup pernikahan dalam masyarakat kita". Tanyakan pada pemimpin-pemimpin gereja dan mintalah pendapat mereka. Kemudian, rencanakan untuk mengetengahkan persoalan ini kepada calon pasangan atau mempelai sebelum mereka menikah. Bila seseorang diperingatkan dengan lemah lembut sebelum persoalan itu sendiri muncul, dan bila konselor dapat memberikan bimbingan yang realistis mengenai cara-cara menanggulanginya, tentu saja penyesuaian dalam pernikahan akan menjadi lebih mudah.

Kebanyakan masyarakat di abad modern ini membuat rencana untuk berbulan madu setelah menikah. Hal ini memang penting tetapi seringkali juga merupakan persoalan tersendiri. Bulan madu sebenarnya masih merupakan masa transisi dari kehidupan bujang ke kehidupan bersama. Memang ini merupakan kesempatan bagi pasangan yang baru menikah untuk menyendiri dan memulai menyesuaikan diri dengan status mereka yang baru, baik secara fisik maupun psikis.

Walaupun seringkali masa bulan madu sudah dipersiapkan dengan baik dan sangat dinantikan, namun biasanya diselingi dengan kekakuan- kekakuan, dan banyak hambatan lain yang membutuhkan waktu untuk mengatasinya, misalnya dalam hubungan seksual dimana masing-masing merasa canggung, malu, dan bisa menjadi sumber frustasi.

Konselor harus selalu ingat untuk tetap memegang kebenaran firman Tuhan mengenai kehidupan seksual yang suci sebelum pernikahan. Walaupun hubungan seksual sebelum pernikahan sudah menjadi biasa, tetapi bagi pasangan Kristen tetap harus dijaga sampai memasuki kehidupan pernikahan yang sesungguhnya. Memang pengalaman seksual sebelum pernikahan dapat mengurangi kecanggungan dalam hubungan seksual waktu berbulan madu, tetapi perasaan bersalah, dan dorongan untuk menunjukkan "kemampuan seksual di atas tempat tidur" dapat menimbulkan ketegangan-ketegangan yang terus-menerus dan kegelisahan yang mendalam selama bulan madu. Pada masa kini, semakin jarang ada pasangan-pasangan yang sama sekali bebas dari ketakutan dan kegelisahan dalam malam pernikahan mereka.



Jadi, sangat penting untuk diingat, bahwa hal-hal yang dihadapi oleh kedua belah pihak untuk bulan madu mereka harus disinggung pada percakapan sebelum pernikahan. Seringkali diskusi semacam ini terjadi dalam percakapan lingkungan keluarga, tetapi tidak selalu. Bila Anda sebagai pemimpin gereja merasa sungkan untuk membicarakan hal-hal semacam ini, atau apabila peraturan gereja melarang pendeta untuk membimbing dalam hal ini, ada baiknya untuk minta anggota jemaat atau pasangan yang lain yang dapat menjelaskan mengenai seks dan bulan madu dengan baik. Seringkali dapat juga meminta nasihat dari dokter untuk menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan persetubuhan pada waktu pemeriksaan fisik sebelum menikah.

Tentu kita tidak boleh melebih-lebihkan fakta, seolah-olah semua persoalan sebelum dan sesudah menikah pasti dapat diatasi jikalau pasangan belajar berkomunikasi. Dibutuhkan usaha dan ketekunan bagi kedua belah pihak, suami atau istri untuk dapat saling mendengarkan dengan baik, mengerti dan mengutarakan isi hatinya dengan jujur dan penuh kasih belajar untuk saling menghargai. Tentunya jika hal ini dilakukan, hubungan dalam pernikahan akan menjadi lancar dan usahanya tidak sia-sia. Mengutarakan secara jujur tentang sikap hidup, perasaan, dan pergumulan-pergumulan pribadi, adalah sama pentingnya dengan mengutarakan cinta dan pengharapan. Tetapi tentu saja pengaturan semacam itu tidak dimulai pada masa bulan madu, oleh karena seharusnya telah dimulai jauh-jauh hari sebelum pernikahan, dimana seorang premarital konselor mendorong dan membimbing ke arah pengembangan kemampuan berkomunikasi.

2.      Bimbingan untuk mengenal diri sendiri.

Dalam pernikahan, kemampuan untuk dapat melihat dengan jujur keadaan diri kita sendiri adalah modal yang paling utama. Tuhan Yesus dengan jelas memperingatkan murid-murid-Nya, supaya mereka dapat melihat balok di mata mereka sendiri sebelum mengambil selumbar di mata orang lain (Matius 7:3-5).

Namun sayang, banyak di antara kita yang justru menghindarkan diri dari pengenalan terhadap diri sendiri. Memang tidak ada orang yang senang melihat kesalahannya sendiri, lebih mudahlah baginya untuk mendapatkan kesalahan dalam diri orang lain. Tidak heran bila terjadi perbedaan pendapat baik pada masa pertunangan maupun masa- masa setelah menikah, kita cenderung melupakan persoalan yang ada dan menganggap diri sendiri benar dengan menyalahkan orang lain, tanpa menyadari, bahwa sumber dari segala persoalan itu mungkin adalah dari dirinya sendiri.

Jadi, sangatlah penting pada masa-masa pertunangan untuk melakukan usaha pengenalan diri sendiri. Memang tidak semua kebudayaan mengijinkan hal-hal ini dibicarakan sebelum pernikahan, tetapi sesungguhnya akan sangat menolong apabila masing-masing pasangan menyadari akan kelemahan dan kelebihannya sendiri dan secara terbuka mengutamakan prinsip-prinsip dan pengharapan-pengharapannya sambil melihat reaksi atau tanggapan dari pasangannya. Penilaian terhadap diri sendiri yang seperti ini dapat menolong pasangan yang akan menikah untuk berkomunikasi dengan lebih efektif, bahkan dapat menolong suami/istri bila problema-problema seperti ini muncul di masa-masa mendatang.

3.      Pertimbangan padangan Alkitab mengenai pernikahan.

Setelah Tuhan menciptakan dunia dengan isinya, Ia melihat bahwa "tidak baik manusia itu seorang diri saja" dan Ia memulai lembaga pernikahan sambil menyatakan, bahwa seorang laki-laki harus "bersatu dengan istrinya dan menjadi satu daging" (Kejadian 2:18, 24).

Beberapa bagian dari Alkitab dapat menolong kita mempelajari konsep- konsep pernikahan yang dikehendaki Allah. Bila pasangan Kristen sudah memutuskan untuk memulai hidup sebagai suami/istri, mereka seharusnya mengerti apakah tujuan pernikahan yang dikehendaki Allah dan rencana Allah atas diri mereka berdua.

Dengan pertolongan konselor Kristen, setiap pasangan dapat membicarakan dengan teliti tentang rencana surgawi atas pernikahan Kristen, terutama yang tercantum dalam Efesus 5:21-6:4, Kolose 2:16-21, 1Korintus 7, dan 1Petrus 3:1-7. Harus diperhatikan, bahwa hubungan suami istri diibaratkan dengan hubungan antara Kristus dengan gereja-Nya. Pengertian mengenai hal inilah yang akan memudahkan banyak orang Kristen untuk dapat menerima dan bersyukur atas perintah Tuhan untuk tunduk kepada suami. Dalam banyak negara dewasa ini, pandangan Kristen seperti ini tidak populer atau bahkan tidak dikenal dan banyak gereja yang menghapuskan kata "taat" dalam peneguhan pernikahannya. Seorang suami sebagai kepala keluarga tidaklah terpanggil untuk semau-maunya menindas istrinya, karena justru ajaran Alkitab untuk kepala berarti pengorbanan seperti yang dijelaskan dalam Efesus 5. Hasilnya, istri akan dengan patuh dan sukacita menundukkan diri kepada suami yang memperhatikan dan mengasihi serta memikirkan kebahagiaannya.

4.      Merencanakan pernikahan.

Setiap kebudayaan mempunyai adat istiadat dan peraturan tersendiri untuk upacara pernikahan. Kadang-kadang konselor Kristen diminta untuk memberikan bimbingan dalam hal ini, tetapi kebanyakan diserahkan kepada pihak keluarga.

Konselor Kristen dapat membantu mempelai untuk mengerti apa artinya upacara pernikahan. Bagi banyak pasangan upacara pernikahan tidak dibicarakan sampai hari-hari terakhir, sehingga biasanya mereka sudah terlalu lelah dan tegang untuk dapat mengingat dan mengerti semua yang telah dikatakan. Karena itu, sangatlah menolong bila hal ini dibicarakan jauh-jauh hari sebelumnya, sehingga pasangan itu mempunyai waktu untuk mengerti aspek-aspek spiritual dari upacara pernikahan tersebut dan juga menyadari pentingnya saksi-saksi atas janji yang mereka buat untuk dipersatukan di dalam Tuhan.



5.                  Kepribadian dan kedewasaan pasangan

Hubungan perkawinan, justru dalam zaman ini, merupakan hubungan pribadi antara dua oknum yang hidup bersama. Dalam suasana agraris/tradisional, perkawinan mmerpakan suatu ‘kontrak’ antara dua keluarga, di mana kedua keluarga itu mencuri untungnya sendiri. Akan tetapi dalam masa sekarang hubungan pribadi antara kedua oknum itu dipentingkan.

Seorang boleh dianggap cukup dewasa untuk kawin, kalau ia mampu dan rela meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya atau suaminya. (Kej 2:24). Secara principal Alkitab mengatakan, bahwa solidaritas pertama haruslah kepada suami atau istri, dan bahwa hubungan dengan orangtua menjadi nomor dua. Seorang yang sudah menikah tidfak bisa lagi bersandar sepenuhnya kepada orangtua. Harus berdiri sendiri. Tidak mempertahankan peranan sebagai anak dimana selalu ikut saja dengan kata orangtua.

Dalam keluarga diperlukan kedewasaan untuk menjalin kebahagiaan. Pasangan suami istri sudah bisa menngambil keputusan untuk keluarganya sendiri dan memikirkan hasil maupun resiko yang akan ditanggungnya.

 

 

2.2.2    METODE

Berdasarkan hasil penelitian, metode yang umum dipakai saat katekese persiapan perkawinan di Paroki St. Yosep Passo adalah metode ceramah. Disamping ceramah ada juga metode dialog, diskusi, tanya jawab dan

 sharing   pengalaman. 

Metode ceramah dibuat hampir di setiap materi secara khusus diawal pembahasan. Bila pasangan calon nikah ingin memperdalam materi tersebut,maka mereka boleh mengajukan pertanyaan. Pada saat itu terbuka diskusi. Kalautidak ada pertanyaan, maka serng ditambahkan  sharing  pengalaman terkait dengan pokok pembahasan yang dibahas pada saat itu. Dengan demikian, ada tiga  metode yang selalu dibuat pada saat pembinaan, yakni ceramah, diskusi dansharing pengalaman.Tiga metode ini yang dipakai saat proses pembinaan berlangsung.Alasannya karena berdasarkan pengalaman selama ini, kebanyakan calon pasangan suami-istri yang ingin menikah sudah terbiasa dengan tiga metode ini.

 


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

KESIMPULAN

            Katekisasi adalah aktualisasi dari Firman. Firman ditambahkan pada unsur, dan dengan demikian menghasilkan sakramen ataupun katekisasi, seloah-olah katekisasi dan sakramen itu sendiri merupakan firman yang kelihatan. Jadi firman dan unsur memang termasuk pada setiap sakramen dalam katekisasi.

 

Katekisasi adalah usaha dan upaya yang dilakukan gereja untuk menyampaikan pendidikan iman Kristen bagi anggota gereja ataupun jemaat. Penyampaian setiap teori katekisasi terstruktur dengan baik mulai dari awal hingga akhir. Proses katekisasi sebenarnya berlangsung seumur hidup.

Katekisasi harus diberikan kepada semua calon nikah agar memiliki persiapan yang matang sebelum menjalanai realitas pernikahan. Dalam katekisasi pernikahan tertulis banyak masalah yang timbul dan cara mengatasinya dengan baik. Katekisasi ini dilakukan dengan metode ceramah, diskusi dan tanya jawab untuk empermudah katekumen.

 

 

 

 

 

 

KEPUSTAKAAN

Dale Mathis, MA & Susan Mathis, Menuju Pernikahan yang sehat dan solid (andi)

Norman Geisler, Etika Kristen (SAAT)

Collins, Garry R. 1998. Konseling Kristen yang Efektif. Malang : Seminari Alkitab Asia Tenggara

Storm, Mr. Bons Storm. 2019. Apakah Penggembalaan Itu. Jakarta : BPK Gunung Mulia

Rahaso, Alf. Catur. 2006. Paham Perkawinan dalam Hukum Gereja. Malang : Dioma

PERSIAPAN NIKAH DAN KONSELING KRISTEN. Sabda. Org

https://www.academia.edu/38023503/PELAKSANAAN_KATEKESE_PERSIAPAN_PERKAWINAN

KONSELING KRISTEN. Sabda. Org

https://www.academia.edu/38023503/PELAKSANAAN_KATEKESE_PERSIAPAN_PERKAWINAN

 

 

1 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.

Cari Blog Ini