Di masa pandemi yang sampai sekarang belum juga ada pertanda baik akan meredah, namun semakin hari semakin bertambah jumlah penderita penyakit virus corona membuat banyak negara menghadapi kerugian di berbagai bidang. Di bidang ekonomi, negara Indonesia mengalami penurunan income karena pembatalan banyak bisnis negara, seperti impor ekspor barang dan dan yang lainnya. Hal ini menyebabkan kas negara semakin sedikit, sedangkan rakyat membutuhkan bantuan sandang, pangan dan papan dari negara.
Tapi bukan hanya itu, maraknya penyebaran covid-19 juga merebak di bidang Pendidikan Indonesia (begitu juga jegara lain). Berjalannya proses pendidikan saat ini tidak sama seperti saat sebelum corona merajalela di Indonesia. Ketiadaan belajar tanpa tatap muka menyebabkan proses belajar mengajar semakin rumit.
Walaupun begitu, keadaan yang kita hadapi saat ini tidak menyebabkan semua harus dihentikan. Malah, dalam posisi seperti ini, guru dan oknum yang bergerak di bidang pendidikan dituntut untuk lebih inisiatif dan mencanangkan konsep dan metode pendidikan yang pas di masa pandemi ini.
Konsep Pendidikan yang diperlukan
“Prinsip dikeluarkannya kebijakan pendidikan di masa Pandemi Covid-19 adalah dengan memprioritaskan kesehatan dan keselamatan peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, keluarga, dan masyarakat,”
Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Hamid Muhammad mengatakan, ada tiga kelompok besar dalam pembelajaran di sekolah. Kelompok pertama adalah anak-anak yang sudah terbiasa dengan pembelajaran online, karena sekolah sudah menerapkannya secara penuh. Anak-anak ini tidak akan merasa kesulitan menghadapi pembelajaran jarak jauh karena sering mengakses aplikasi pembelajaran. “Seperti misalnya, Rumah Belajar, Ruang Guru, Sekolahmu, dan lain-lain,”
Kelompok ke dua adalah anak-anak dari sekolah yang melakukan pembelajaran semi daring. Di kelompok ini, pemberian tugas dari guru kepada siswa dikirim melalui Whatsapp, tidak berinteraksi secara langsung. Sedangkan kelompok ketiga adalah anak-anak yang tidak bisa melakukan banyak hal karena keterbatasan infrastruktur dan daya dukung teknologi.
Berhubungan dengan ke tiga hal tersebut, model pembelajaran secara online tidak bisa direalisasikan secara merata di Indonesia.
Kelompok 3 adalah kelompok yang paling di khawatirkan, sebab susah mengakses dan mengetahui perkembangan pelajaran mereka secara online. Artinya, guru harusemberikan pengajaran secara manual juga. Biasanya guru akan datang secara berkala menghampiri anak murid ke rumah masing-masing untuk memberikan tugas dan dan pembelajaran.
Konsep pembelajaran online tetap bisa dilakukan jika saeana prasarana yang dimiliki siswa dan dan guru memadai. Sedangkan bagi yang tidak, ada solusi yang bisa dilakukan untuk tidak memberhentikan proses pembelajaran yakni dengan belajar tatap muka (sekolah seperti biasa).
Seperti yang kita ketahui, masih ada beberapa daerah di Indonesia yang masih zona hijau. Artinya masih belum berbahaya dari penyebaran virus. Oleh karena itu, masih bisa dilakukan pertemuan tatap muka dengan catatan; melakukan pertemuan berkala. Maksudnya, ada waktu dalam seminggu untuk pergi ke sekolah dan tidak sekaligus semua siswa pergi ke sekolah, ada batasan jumlah kehadiran. Bisa juga dengan pengurutan kepergian setiap jenjang sekolah. Artinya, jenjang SD di minggu pertama, SMP di minggu ke dua, SMA di minggu ke tiga dan begitu selanjutnya.
Minggu lalu saya membaca sebuah artikel. Dalam artikel tersebut menjelaskan bahwa Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim mengatakan; dalam masa masa new normal, perlu diadakan pertemuan tatap muka dengan batas-batas pelaksanaannya dan dengan standar protokol kesehatan sesuai SOP.
Pelancaran pembelajaran Pendidikan ini bisa dilakukan dalam konsep pembelajaran Pendidikan Agama Kristen.
Kurikulum dalam konsep ini tentu saja harus lebih sederhana yaitu pengembangan karakter, akhlak mulia, ubudiyah dan kemandirian siswa. Walaupun begitu pemenuhan aspek kompetensi, baik dasar maupun inti, tetap menjadi perhatian.
"Kurikulum ini lebih menekankan pada pengembangan karakter, akhlak mulia, ubudiyah dan kemandirian siswa."
Sekian dan Terimakasih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar